Total Tayangan Halaman

Sabtu, 30 Agustus 2025

Love and Rain

 LOVE AND RAIN

Pak Tyqnue Azbynt



          Hujan turun begitu lebatnya, jarak pandang pun mengganggu pandang dan laju motorku. Sudah kian petang dan banjir di aspalt harus kulewati. Pikiran menjadi kian cemas, sudah tak bermantel, pakai motor matic pula. Boardes motor yang tak begitu tinggi membuat kakiku protes kedinginan lantaran bermain air yang masuk di sela sela boardes motor itu. Dan... benar saja cemasku menjadi kenyataan , tetiba motor macet tak mau jalan gegara si knalpot sudah kumur-kumur air hujan.

          Sesosok wanita berpayung biru melintas dan melihatku, lalu sekonyong-konyong menebak namaku. Tawarannya tuk singgah di rumahnya kuiyakan saja tanpa basa basi. Ya hitung-hitung bisa rehatlah barang sejenak menjedakan penat yang mendera. Setelah beberapa menit berlalu aku sampai di griyanya yang melewati gang sekitar 50 meteran dari jalan raya.

          Pak...saya Elmayda, mahasiswi bapak, dan juga sahabat Instagram yang pakai cadar itu celotehnya singkat. Setelah berbincang lama barulah aku tahu, dia sahabat maya, dan mahasiswiku itu ternyata seorang janda dengan satu anak. Hanya hidup bertiga dengan anak cowok dan ibunya yang sudah sepuh itu. Pikiranku perlahan mulai kacau, sebab sahabat mayaku tersebut sudah berulang kali kuusili dengan rayuan yang kelewat vulgar dan tak wajar. Untunglah sang ibu bertutur bahwa Elmayda sering bercerita banyak tentangku dan sangat mengagumiku. Bagai hangat bara yang mengusir dinginku saat mendengar cerita itu. Kaus oblong bertulis Lacoste warna biru yang disodorkan kepadaku dan celana sarung batik Madura, plus hotpant warna crem bertulis Sorex yang rupanya masih baru ( masih berlabel Utama Raya Boutyque ), semua itu tuk aku kenakan. Saat aku pakai hangat melebihi hangat tungku bara di dapurnya. Hatiku bagai terbakar pasrah. Wow, kan milik cewek yang kebetulan pas ada di depanku. Saat hujan reda, aku pun mohon diri dengan mengenakan pakaiannya, sementara semua pakaianku kutumpuk di kamar mandinya. Di pintu depan Elmayda menjabat tanganku dengan gemetar, pak aku bahagia hari ini, tuturnya. Kupegang erat tangannya sembari kucium keningnya. Dia menangis di sela senyum bahagianya. 

         Kusorotkan pandang pada tubuh sintalnya dari ubun-ubun hingga ujung kakinya. Dia hanya terdiam kaku menatapku penuh tanya.

“Embok yao ngomong jangan terdiam begitu seperti saat berceloteh via medsos itu lho, pintaku.

“Aku bingung pak, sejatinya malu tapi kenapa kok merasa bahagia ya?

Perlahan perbincangan kami mulai cair dan dia pun mulai berani memanjakan diri. Saat kutarik tangannya, kusandarkan di dadaku dia malah menangis. Tuturannya tentang candaan di medsos menjadi pelipur laranya. Namun saat bertemu langsung ternyata dia tidak bercadar. 

          Ketika dia mulai berani bercanda aku melayaninya dengan renyah. Saat dia senyum malu, kutanya kenapa? Ternyata celana batiknya yang membuatnya senyum, katanya lucu. Aku harus menguasai diri dan pura-pura tak terlalu terbawa nafsu. Aku pun pamit pulang dengan memakai pakaiannya. Pamitanku dengan kecup kedua ujung dari lalu kutempelkan ke bibir mungilnya.

*****

          Sebulan telah berlalu, aku belum mengembalikan pakaian dia karena belum ada moment yang tepat walaupun sebenarnya hati sudah meronta tuk segera kembali menemuinya. Entah apa yang sedang menggelayuti hatiku ketika hujan kembali menguyur tubuh ini. Aku begitu menikmati cumbuan air langit sore ini, tak ada rasa gigil dingin. Aku merasa nyaman dan memesrainya, teringat kembali kala dibersamai Elmayda sebulan lalu.

            Motorku masih saja melaju menerabas derasnya hujan. Namun motor terpaksa harus berhenti gegara distop oleh satuan pengamanan demo mahasiswa yang lagi marak. Sebenarnya mahasiswa sudah pada neduh dari derasnya hujan. Terpaksalah aku meneduh di sebuah halte yang sudah ada beberapa mahasiswa yang juga sedang berteduh. Tanpa aku curiga terhadap seseorang perempuan yang sedang memegang gulungan spanduk orasi, dengan masker abu-abu dan coreng moreng odol di sekitar matanya. Aku memastikan saja kalau polesan odol untuk mengusir perihnya mata kala terkena gas air mata. Aku duduk bersandar ke tiang halte sementara wanita itu menatapku sangat tajam. wih sadis benar ini mahasiswa begitu benakku.

          Hujan reda aku pun beranjak dengan alasan mau putar arah, karenanya polisi menyilakanku tuk pulang. Anehnya si wanita itu justru menarik tanganku. “Ikut dong”, katanya tak begitu jelas karena mulutnya tertutup masker. Aku mengiyakan saja karena aku menganggap dia sengaja mau ikut aku karena menghindar dari pam pengamanan. Dia memberi navigasi ke arah yang hendak dia tuju. Semakin jauh aku semakin tanda tanya tentang arah yang hendak di tuju. 

          Tanpa aku sadari karena asyik handling berkendara akhirnya tak terasa sudah sampai di sebuah mulut gang. Dan eng ing eeeng ternyata menuju arah rumahnya Elmayda. Dia pun menajakku tuk singgah dulu. 

Hayo paaak, gak mau mampir dulu, bujuknya.

Lah kamu Elmayda yaa?

Emangnya bapak tak sadar sedari tadi?

But, kenapa ikutan demo?

“Bukan ikutan pak tapi ditarik oleh mereka saat aku jalan, diberi jaket almamater agar ikut. Beruntunglah hujan turun, and semua menepi jelasnya panjang lebar. 

Yah bapak kurang peka sih, di perjalanan aku kan merapat ke tubuh bapak”

“ Oh, aku tak menyadarinya yaa?”

          Dari perbincangan demi perbincangan barulah aku memahami juntrungnya. Dia dengan keberaniannya menyatakan perasaannya. Mendengar celotehannya aku merasa senang. Usia yang masih belia ditambah sosoknya yang manis menawan. Akhirnya terjadilah cinta gegara hujan antara mahasiswa dan dosennya. Dengan keberaniannya dia menyandarkan tubuhnya sembari mempermainkan ujung bajuku yang masih basah. 

By the way, kenapa neh aku tak suruh ganti bajumu lagi?

Emannya gak risih?

Ya nggak lah

Dia mengambilkan aku training navy dan kaus oblong warna putih agar aku pakai. Perbincanganpun sampai jauh penuh rayu canda yang mengasyikkan. Ketika aku hendak pulang dia pun mengecupkan gambar lipstiknya ke dada kiriku agar kaus itu tergambar bibirnya. Manjanya telah menjeratku.

_________ 

Bondowoso Ultimo Agustus 2025

Love and Rain

 LOVE AND RAIN Pak Tyqnue Azbynt           Hujan turun begitu lebatnya, jarak pandang pun mengganggu pandang dan laju motorku. Sudah kian pe...