Total Tayangan Halaman

Minggu, 24 Maret 2024

Petaka Selepas Zuhur

 PETAKA SELEPAS ZUHUR 

Pak Tyqnue Azbynt

            Entah angin apa yang telah membawa kedamaian kelas IVa dan IVb, mereka begitu guyubnya. Kelas yang selalu bersaing itu, baik tanding kelas, yel yel, adu gaya, atau apapun yang digandrungi bocah-bocah usia SD itu. Rasa-rasanya ada sesuatu yang bakalan terjadi dengan mereka ne.



            Darel, Nabhan, dan Mahfudz dari kelas A yang menjadi motornya, sementara kelas B, Ilham, Ubaid, dan Imam yang menjadi penggeraknya. Tak ada kecurigaan dari guru-guru justru keakuran mereka merupakan keberhasilan dari bimbingannya. Di teras utara dekat gedung TK mereka tampak begitu seriusnya membicarakan sesuatu, namun saat Ustaz Subali guru PAI itu lewat di depan perpustakaan yang berdekatan dengan TK , mereka berebut bersalaman sebagai tanda ketakzimannya. Bu Ila dan Bu Melda hanya mesam misem melihat kekompakan mereka.

          Nun di ruang musala Ustaz Muhyid, sedang menyiapkan perangkat salat jamaah. Memang sudah menjadi kelaziman di SDN Curahdami, baik di gedung satu maupun gedung dua selalu dirutinkan pulang sekolah selepas salat zuhur dulu. Kebiasaan ini mendapat apresiasi dari wali murid atas pembiasaan itu. Ruang kelas yang dijadikan musala atau bahkan auditorium itu selalu ditata rapi oleh Ustaz Muhyid yang kesehariannya bertugas pokok sebagai penjaga sekolah, namun latar belakang santrinya menjadi penyinergi dengan guru PAI di situ.

          Sudah bebeapa hari ini konsentrasi kedua ustaz itu difokuskan untuk membina tatacara salat yang benar untuk murid putri. Rupanya konsentrasi ke salah satu sisi itu menjadi peluang anak-anak cowok untuk sedikit santai dan bahkan sembunyi tidak salat.  Ada yang berwudhu di kran depan kelas masing-masing, ada yang di kamar kecil siswa, bahkan kalau terlalu lama antre mereka pun diperkanankan menggunakan kamar kecil guru. Celah ini yang menjadikan peluang bagi anak putra tuk mangkir salat jamaah, ya alasannya tidak nutut waktu.

          Konsentrasi pada pembinaan anak putri plus antre yang panjang karena air PDAM yang beberapa hari sedikit turun debitnya telah melahirkan permufakatan mangkir salat. Berbekal bumbu racik yang telah mereka bawa dari rumah, sedikit kerupuk yang dibeli di Bak Hoda sang penjaga kantin, mereka mengadakan pesta ala survivel anak petualang di belakang sekolah. Sekitar 20an anak cowok yang sedang lesehan menikmati sajian pestanya. Gina satu-satunya anak cewek yang terpaksa ikutan gegara memergoki mereka dan dijadikan sandera tuk jangan membongkar permufakatan itu pada guru-guru. Gina si kecil mungil itu terpaksa menuruti mereka tuk berpesta.

          Pohon pisang di belakang sekolah menjadi tumbal pesta itu. Dengan bermodal cutter  Ubaid dan Nabhan membelah dan mengambil batang-dalam gedebok itu, begitu  juga pupusnya yang masih berwarna putih susu. Setelah dicacah bak irisan timun lalu dicocolkan pada bumbu raciknya. Daun pisang dijadikan alas, duduk mengelilingi sajian, wah seru tampaknya. Konon mereka terinspirasi Sang Petualang di tayangan You Tube yang mereka saksikan.

          Sakit massal keesokan hari menjadi tanya tanya besar bagi guru kelas IVa dan IV b. Apakah sudah ada wabah lagi? Atau mreka sedang mogok kelas dengan alasan sakit? Hal ini yang menjadi teka-teki saja. Muncul kecurigaan dari pihak sekolah pada kantin Bak Hoda, Mak Siti penjual kudapan di sisi barat sekolah. Apakah sajian makanan yang mereka jual yang menjadi biang keroknya sakit massal itu? Satu persatu anak-anak yang sehat ditanyakan perihal makanan yang dimakan mereka bersama temannya. Setelah melakukan investigasi ke kantin dan lapak Mak Siti, makanannya masih saja seprti yang kemaren. 

            Demi tak mengundang curiga, salah seorang guru menyuruh murid tuk membeli berbagai makanan di kantin dan lapak di sekolahnya. Di tanyakan apakah mereka kemaren memakan jenis makan itu? Experied-nya masih aman, dan sebagian besar sama seprti yang dimakan mereka. Kecurigaan pun pada bak Kantin dan Mak Siti hilang sudah, namun yang menjadi tanya besar adalah kenapa hanya kelas IV a dan b saja sedang kelas V aman. Apakah ada yang salah dengan cara mengajarnya guru kelasnya? Semua itu masih berupa misteri. 

          Ada beberapa siswa yang opname di Puskesmas, dan RSU. Ada yang menuduh keracunan di sekolah, dan menganggap sekolah abai terhadap anak-anaknya. Karena hanya Gina yang cewek kebeulan juga sakit, akhirnya pihak sekolah menelpon walinya tuk menanyakan perihal sakitnya. Namun Ibu Gina hanya menyampaikan muntah-muntah saja, dan sudah mendingan. Karena infonya tak menghawatirkan akhirnya Bu Ila dan Bu Melda sang guru kelas datang membezuk Gina di rumahnya.

          Dari mulut Ginalah semua mulai terkuak misteri itu. 99 % diputuskan mereka keracunan gedebok dan pupus pisang di belakang sekolahnya. Pohon pisang setiap berbuah selalu mengering sebelum tua dan daunnya pun ikut membelarak kering. Konon pohon pisang itu memang berpenyakit, dan tak pernah panen buahnya. Sekolah mendadak melakukan rapat penting khususnya para guru di gedung 2. Dipimpin guru seneor Ustaz Subali didampingi guru kelas IV a dan b demi memberikan tindakan yang tepat pada mereka. Kesalahan tak bisa ditujukan pada anak, pada guru PAI, atau guru kelas. Tapi sebuah kejadian haruslah disikapi dengan bijak tetap memberi keputusan yang adil dan edukatif. Dewan guru sudah menentukan tindakan terukurnya saat semua siswanya telah pulih dan kembali ke sekolah.

          Sepekan berlalu sudah dan pas hari Sabtu mereka sudah kembali ke sekolah semuanya. Berlanjut hari Senin pihak sekolah telah membuat rencana istimewa yakni Upacara Bendera khusus. Upacara pun berlangsung seperti biasa, namun saat amanat pembina, satu persatu dipanggillah anak yang baru pulih dari keracunannya.

Ilham, Ubaid, Imam, Darel, Nabhan, dan kawan-kawan  yang kemaren sakit bersamaan silahkan kedepan, begitu panggil dari pembina upacara.

Dikeluarkan bebarapa piring, sajian seperti yang disantap oleh mereka. Ada dua meja yang sebelumnya sudah disiapkan, sajian itu ditata dengan menarik di atas meja.

Nabhan, Darel, kenama senyam senyum?

Imam, Mafudz, Ubaid, dan Ilham, maukah kalian makan sajian lezat ini? tak satu pun dari mereka berbicara.

Ginaaa kamu satu satunya yang perempuan, maukah kamu makan ini?

Tidak pak saya pun beberapa hari yang lalu ikutan makan karena diledek mereka. Pas pulang muntah-muntah, kepala pusing, dan mincret

Oke anak-anakku, ada beberpa hal yang perlu kalian ketahui yaitu: satu, kalian telah meninggalkan salat jamaah zuhur. Kedua, kalian makan yang bukan haknya. Ketiga, kalian tidak memperhatikan higienisnya makanan. Yang terakhir, jangan gampang menerima info-info sebelum tahu kebenarannya, selepas itu pererta upacara yang lain misam-misem menanggapi kelucuan an kesalahan tingkah mereka.

_____

                                                       *******



Sabtu, 09 Maret 2024

Maling Mangga

 MALING MANGGA

Pak Tyqnue Azbynt

     


     Rumah gede di ujung desa itu cukup teduh dan banyak pohon besarnya. Buah-buahan langka masih saja ada yang justru anak-anak kekinian tak tahu rasanya bahkan namanya saja tak tahu. Mungkin karena pagar tembok setinggi dada orang dewasa yang mengelilinginya membuat orang segan mendekatinya. Wak Kaji Dullah bersama istri plus pembantu yang sudah sama manula tetap bertahan di rumah kuno nan kokoh itu. Anak anak Wak kaji lebih memilih tinggal di luar kota sebagai pejabat negara atau pengusaha. Sebenarnya wak Kaji cukup ramah dan bersahaja, namun kekayaannyalah yang membuat orang silau bersamanya.



          Di sisi kiri gerbang ada loji yang lumayan besar tapi hanya ditempati beberapa motor tua yang sudah tak difungsikan, mesin ketik kuno, dan perkakas jaman Belanda yang tak digunakan tapi tetap saja dibersihkan debu-debunya oleh Bi Salma sang pembantu. Rumput-rumput di pekarangan selalu dipangkas rapi oleh Mang Diman suami pembantunya. Di belakang rumah ada 3 pohon mangga besar yang tampak sudah menua, namun tetap saja berbuah dengan lebat kala musim buah tiba. 

          Musim buah kali ini mangga Wak Kaji benar-benar lebat, hanya kelelawar yang berani mencurinya, padahal di sekitar lingkungannya banyak anak yang sedang aktif nakalnya. Sebut saja si Ilham, Ubaid, Holil, and the genk yang biasa mengusili buah milik tetangga. Aneh, khusus untuk milik Wak Kaji tak ada satu pun yang berani mencurinya. Mungkin karena beliau selalu bagi-bagi pada tetangga apa saja termasuk juga buah-buahan kalau dah panen tiba.

           Sepulang sekolah Ilham cs, tengah terheran-heran dengan hadirnya beberapa anjing pemburu di pojok pekarangan Wak Kaji. Bukankah tak ada yang mencuri buahnya? Kenapa harus dijaga gugguk. Barulah mereka tahu kalau Mas Baim anak sulungnya yang mengutus pemburu beserta anjingnya untuk memburu babi hutan di kebun kopi ayahnya. Mas Baim rupanya sengaja menghubungi para pemburu dari kota tempatnya bermukim. Memang babi hutan cukup meresahkan di desa kami.

           Sore-sore Ilham cs tengah melihat anjing-anjing pemburu yang sehat dan besar-besar itu. Salah seorang memanggilnya agar masuk ke pekarangan Wak Kaji karena mereka menyuruh membeli rokok di warung ujung jalan. Ini adalah kali pertama Ilham cs memasuki pekarangan yang luas dan bersih itu. Matanya tersorot pada buah mangga yang sedang pamer pesona. Dilihati pokok mangga yang sepertinya punya tantangan tuk dinaikinya. Ubaid mengerlingkan mata sembari memberi kode pada pokok mangga itu.

          Usia sudah lanjut yang menjadi penyebab Wak Kaji tak pernah menjenguk kebunnya, tapi berbeda dengan pekan-pekan ini yang mendapat tawaran dari pemburu untuk ikutan ke kebunnya dengan mengendarai campervan (mobil van yang biasa dibawa berkemah) mereka. Hari minggu itu kebetulan anak sulungnya membersamai mereka ke kebun yang telah lama terlantar. Konon mas Baim sengaja plessir ke desa orang tuanya selama setengah bulan ya maklumlah, harus menyiasati kebunnya yang bagai tak bertuan.

          Mentari masih sepenggalah rumah wak kaji sudah mulai sepi, kecuali Bi Salmah yang tetap bersih-bersih rumah, sedang Mang Diman justru ikutan Mas Baim ke kebun. Ilham cs, yang hendak main layangan mengubah niatnya. Pohon mangga di belakang rumah menjadi titik sasar petualangan nakalnya. Mangga Alphonso (mangga India) yang terkenal kelezatan dan manis beraroma itu menjadi penyihir penasaran rasa. Hanya orang-orang kaya di desanya yang punya varietas mangga India itu. 

 “Spadaa...Bi, mau ambil layangan di belakang rumah, teriak Imam.

Oh iya, hati-hati, jawab Bi Salmah sembari bersih-bersih paseban.

Okeeee..., jawab bocah-boca itu serempak.

Dari dekat, mangga alphonso kian tebar pesona, tanpa ba bi bu lagi mereka naik pohon mangga itu, dan aksi mencurinya terbilang barbar, karena bukan hanya satu dua yang mereka petik, melainkan sekaos oblongnya yang dijadikan bungkus. Barulah mereka turun setelah Bi Salmah menanyakan dari kejauhan dan tanpa mencurigainya. Dan mereka pun bilang terima kasih setelah mangga dilempar ke luar pagar dan mereka lewat gerbang depan dengan berlagak tanpa dosa.

          Sore menjelang barulah Wak Kaji dan rombongan pulang dari kebun. Seusai mandi Mas Baim mengajak para pemburu ke halaman belakang dengan maksud hendak memasang beberapa lampu taman di depan gazebo belakang. 

Ini sandal siapa?, tanya Mas Baim saat melihat sandal jepet kecil berwarna kuning di bawah pokok mangga.

Wah, keknya ada yang curi mangga mas, timpal salah seorang pemburu. 

Setelah tanya-tanya sama pembantunya yang tak tahu-menahu, justru menjelaskan bahwa tak pernah ada yang curi apa pun di tempat itu. Rupanya Bi Salmah lupa tadi pagi Ilham and the gank telah memasuki halaman belakang, maklumlah usianya sudah lanjut, bisa saja daya ingatannya berkurang. 

          Hari ke dua pembenahan kebun Mas baim mempekerjakan warga kampung yang dibantu para pemburu untuk mengusir babi huan juga ular yang mungkin banyak bercokol di situ. Sejatinya hari Senin adalah hari aktif sekolah, karena ada pertemuan guru penggerak di sekolah Ilham, mereka diliburkan. Di benak mereka kembali ke petualangan di atas pohon mangga Wak Kaji. Tanpa mereka sadari kalau salah satu anjing pemburu sengaja tak di bawa. Rupanya pak pemburu hendak menangkap sang pencuri mangga.

           4 bocah itu dengan cekatan memanjat pohon mangga, sementara di bawah sedang ada si gugguk menunggunya. Sambil menyalak anjing itu mengeliligi pohon mangga. Sontak saja bocah-bocah itu ketakutan, mau turun takut, tak turun ketemu; bagaikan makan buah simalakama saja. Terpaksa mereka berlama-lama di atas pohon dengan harapan anjingnya bisa jenuh dan menjauh. Namun harapan itu sia-sia belaka.

           Selepas lohor Mas Baim dan rombongan baru pulang, dan ketemulah bocah pencuri mangganya. Sambil senyam-senyum mas Baim ngerjain mereka.

Hai bocah, apa perlu bantal agar kalian bisa tidur di atas pohon itu?

Maaf deh mas, kami ngaku salah, timpal Holil.

Ya turun...gak papa kok

Tapi si gugguk gimana mas?, seru Ubaid

Gak papa paling cuman digigit dikit, canda mas Baim sambil senyum-senyum.

Karena merasa kasihan, akhinya si gugguk di singkirkan. Mereka sambil menangis sesungukan meminta ampun.

Gak papa, kalau pengin ya minta aja, pasti di beri kok, kenapa kok mau mangga itu”

Ya mas, kami salah. Habisnya mangganya menggoda udah mateng, merah-merah kek pipinya Bu Guru, celetuk Imam.

Dasar anak bangor, sambung Mas Baim heran dengan sikap boca-bocah itu.

Awas besok tak laporkan ke Bu Gurumu

Yaaaah jangan mas, nanti bapak dipanggil lagi ke sekolah. Dulu bapakku dipanggil gegara aku merusak paku papan hingga jatuh dan tak bisa dipancang lagi, jawab Ubaid, sambil cengar-cengir.    

                                                     *************


          

 

Rabu, 06 Maret 2024

Pasukan Terakhir

 PASUKAN TERAKHIR

Pak Tyqnue Azbynt

     Agustus tiba, semarak 79 tahun Indonesia merdeka terasa di mana-mana begitu pun di kampung Ilham. Ilham bocah SD Curahami yang masih kelas 4 itu ikutan sok sibuk menyemarakkan gangnya. Tak seperti biasanya bocah seusianya yang terbiasa punya teman sekomunitas sekolahnya tapi justru berkawan dengan teman di SD desa lain yang saling kenal melalui game kids via internet. Setidaknya ada 5 sampai 6 SD luar yang dia kenal akrab semi saling bully. Kebiasaan buruk itu mulai berakhir saat ada pekan olah raga dan seni tingkat kecamatan. Kecurigaan guru masing-masing telah mengislahkan mereka pasca pekan porseni berakhir. Bullying yang bar-bar saat menjadi supporter pertandingan volly yang bisa membongkar permusuhan dalam persahabatan game kidsnya.



     Game kids sudah tak mereka lakukan, kini justru saling unjuk postingan semarak Agustusannya via Tik Tok masing-masing. Opik anak desa Penambangan pamer-pamer lampion di gangnya yang sangat menarik, begitu pun Fadly anak Curahpoh tak mau kalah eksist, dia posting barisan bendera merah puih berjajar sama tinggi dengan rapi diselingi umbul-umbul warna-warni. Vian anak desa Sumbersuko memamerkan patung Singo Ulung dari kertas semen yang berdiri kokoh di sisi kanan dan kiri menuju gang rumahnya. ILham hanya bisa memamerkan barisan penjor bambu dengan janur sintetis menuju gangnya, tapi jika dilihat-lihat masing-masing postingan itu ada kelebihan dan kekurangan masing-masing.

     Selepas tanggal 10 Agustus masing-masing saingan itu sedang speak up, via Tik Toknya tentang persiapan mengikuti kemah hari PRAMUKA yang dimulai 12 hingga 14 Agustus. Apesnya si Ilham justru tak menjadi utusan sekolahnya untuk berkemah. Anak yang rada bandel itu mencari cara agar dia bisa ikut mewakili sekolahnya, namun lagi-lagi usahanya gagal belaka. And finally Ilham kehilangan muka di hadapan teman medsosnya itu. 

     Tak mau dipermalukan oleh teman luar desa, ia dan ce es- ce esnya tengah melakukan rencana illegal. Mereka tanpa sepengetahuan gurunya hendak mengikuti kemah itu dengan swadana. Tenda telah mereka pinjam pada bapak Tarmizi seorang tentara yang menjadi BABINSA di desanya. Menderikan tenda yang besar dari yang paling kecil punya meliter tak akan mungkin dilakukan oleh Ilham dan kawan-kawan. Terpaksa Pak Tarmizi mengajak bapaknya Ilham, Imam, Holil, dan Ubaid untuk memancangkan tenda. Entah rumus apa yang dipakai Ilham and the Gank, hingga mereka diperknankan mingikuti perkemahan itu. Usut punya usut ternyata Pak Tarmizi telah minta ijin pada Bapak Abu Ahmad ketua korwil sebagai penanggung jawab. Semula beliau menganggap bapak Tarmizi membantu pihak sekolah, sementara pihak sekolah menganggap itu tenda panitia. Karena tenda telah terpancang terpaksalah panitia memberinya nomer tenda 41sebagai tenda terakhir di paling pojok bumi perkemahan Lapangan Victory kecamatan Curahdami. Dan, tenda nomer 41 diberi nama Regu Garangan. Aneh memang, bendera regunya saja mereka pesan sendiri di Mona bordir, sebuah industri garmen dan bordir di desanya.

     Agar tak memalukan sekolah dengan tepaksa mereka didampingi Pak Edy guru olah raga yang tegas itu. Rupa-rupanya mereka telah tahu jnis pelombaan yang akan diadakan, karenanya mereka melakukan latihan mandiri melalui bimbingan di You Tube. Tarian tradisional, smaphore, keterampilan tali temali, dan terakhir penjelajahan dengan busana adat yang diiringi musik enik dengan alat yang mudah mereka bawa. Khusus musik ini Ilham and The Gank jusru menggunakan alat masak sebagai instrumennya. 

     Nun di tenda, Opik, Vian, Fadly, justru semua peralatannya disiapkan sekolahnya. Maklum saja mereka adalah sebagai duta sekolah, Ilham hanyalah peserta illegal dari sekolahnya tapi ternyata tak malu-maluin sekolahnya saat unjuk aksi di perlombaan kemah itu. Lomba smaphore juara 2, keterampilan tali temali juara 3, teater justru nomer 1, dan tinggal lomba penjelajahan yang belum mereka ikuti. 

     Seperti dugaan dewan guru SDN Curahdami 01, pastilah tampilan mereka akan mengecewakan. Regu lain tampil dengan pakaian adat yang menarik membawa alat musik etnik, sementara Regu Ilham dan kawan-kawan malah berpakaian serba hitam plus wajahnya coreng moreng dengan cat kulit yang biasa dipakai pak tentara tuk berkamuflase. Sontak saja Bu kepala sekolah dongkol dibuatnya. Sudah tampil seram, alat musiknya perkakas dapur, masih saja membawa lastok ( tongkat yang ukurannya melebihi dari ukuran biasa.

     Pasukan terakhir nomer 41 saatnya menuju area penjelajahan di sekitar hutan pinus terus melintasi perkebunan jagung milik warga. Nun jauh di sisi lain sedang ada latihan tentara Raider. Pak tentara latihan perang sedangkan Si Ilham menjelajah sambil memainkan musik mereka sambil menyanyi ala tentara, ya maklum saja bocah-bocah tengil itu selalu ingin merdeka dengan kemauannya. 

     Tampak pasukan mereka kian menjauh bahkan sudah melewati hutan pinus, dan suara alat musik mereka mulai sayup dari kejauhan. Pak Edy yang memantaunya mulai dongkol, karena dari pasukan terakhir itu tampak sedang membakar rumput kering yang asapnya dikibaskan dengan berkala ke udara. Dari ujung tongkat mereka dikibarkan 4 bendera Setangan Leher yang berulis huruf S, O, S, dan yang terakhir bertuliskan kata HELP. Pak Edy kian mangkel saja takut terjadi kebakaran lahan dan menganggapnya main-main saja. Niat untuk menghukumnya sudah direncanakannya, ikutan sudah dengan cara illegal masih saja bikin ulah.

     Belum lagi tiba di pangkalan panitia, ada 2 orang tentara sedang menginterogasi panita terkait dengan berita udara S O S yang disampaikan oleh pasukan terakhir pimpinan Ilham. Karena pasukan itu masih di perjalanan kakak pembina pendamping yaitu Pak Edy dipanggil ke stand Panitia untuk menjelaskan tentang kelakuan anak-anaknya. Tak berselang lama mereka pun datang dengan kelelahan karena kebagian di waktu terakhir yangsedang panas-panasnya. 

Selama siang adik-adik, mohon ijin saya bertanya perihal, kode genting dengan asap, tulisan S O S, dan Help di Setangan Leher yang kalian pancang di tongkat kalian, oh ya apakah apinya sudah dimatikan, tanyanya tegas.

Bocah-bocah itu tampak tegang karena Pak Edy melotot mmberi kode marah, akhirnya Ilham sebagai ketua menyuruh Holil untuk menceritakan maksudnya.

Maaf pak, begini..., tapi plis jangan marah, kata Holil ragu. Akhirnya Ubaid yang memberanikan diri.

Gini pak, pas Holil pingin pipis di tengah ladang jagung itu, melihat beberapa orang laki-laki sedang mabuk. Ada dua motor yang sedang dipereteli, beberapa botol berserakan di sana, jelasnya.

 Lalu kenapa kali mmbuat kode SOS, kata pak tentara.

 Heemm, begini karena Holil sempat melihat mereka, rupanya tak suka kami mengetahuinya. Ada yang mengacungkan golok agar kami menjauh, tapi suruh jalan biasa agar ak mencurigakan. Lalu kami berinisiatif membuat kode pertolongan seperti saat kami main Game War di HP.

Baik adik-adik, terima kasih, pungkasnya, dilanjut dengan mengontak temannya yang lain untuk menuju ke area yang di tunjukkan oleh pasukan terakir itu.

     Selepas apel malam, tibalah kini penyalaan api unggun plus unjuk kebolehan di atas pentas.Di sela-sela pementasan diumumkan pula para pemenang lomba dan menerima hadiah dari panitia. Kejutan yang tak terduga dari semua peserta saat komandan Raider 514, dan Kapolsek Curahdami memberikan hadiah khusus untuk Pasukan Terakhir yang berhasil memebrikan informasi SOS dan menjadi perantara tertangkapnya kawanan pencuri motor yang lama diincar pihak kepolisian. ***********************

Jumat, 01 Maret 2024

Surabi Telor Pak De Wowo

 SURABI TELOR PAK DE WOWO

Pak Tyqnue Azbynt


Kedai Ko Xiaoling yang biasa dipanggil Pak De Wowo ini selalu ramai dijubeli pembeli tiap lapaknya dibuka. Pembeli menyebut Pak De Wowo karena dia lebih senang dipanggil Soedjarwo sebagai nama  Chindonya. Rupanya nama itu hoki dan menjadi brand yang trending di kawasan kota kecilku.



Sembari mengantre, kusempatkan berbincang dengan beberapa pemuda yang juga ikutan menunggu giliran pembayaran kudapan itu.  Di samping surabinya memang Mak yus, tapi ya ng membuat pembeli kebanyakan para lelaki belia justru karena yang membantu Pak De adalah Cece Dawei Chan. Gadis Amoy cantik itu menjadi incaran mata lelaki, termasuk aku yang belum taubat-taubat ini. Hasrat nakalku kambuh saja saat melihat amoy cantik itu. Saat aku bayar kudapan itu sangaja kujatuhkan agar bisa antre lagi, dan alasannya tak mau diganti oleh sang pemilik kedai. Apkah aku rugi? Gak dong, kan bisa memandangi Dawei Tan lebih lama lagi. Ya kalau boleh seminggu pun tak mengapa, he he.


Akal bulusku justru dicurigai Pak De Wowo. Dawai di suruh ke belakangnya, agar tak, melayani aku. Cilakanya pengunjung pun satu persatu mulai beranjak pergi dan tak.mau antre lagi. Aku merasa bersalah pada mereka, terpaksalah uang hasil jual 2 kanvas lukisan cat minyak kuborongkan semua untuk surabi itu. 1juta 7ratus amblas sudah kubelikan surabi Telor. Beruntungnya pas jelang malam Jum at, kubawa saja ke mushala sebagai sajian kegiatan pengajian warga. Pak De Wowo yang semula dongkol padaku berubah menjadi baik dan ramah. Walaupun aku rugi belanjaan, namun jabat tangan dari Pak De dan si Amoy membuat hatiku adem ayem. "Maafkan kalau aku salah menganggap masnya".

"Aaah tak pa Pak De, habisnya Cece itu memang gemesin, senyumnya yang ramah bikin gimana gitu", selorohku. "Ah santai aja mas, papa memang begitu terlalu posesif, padahal aku juga senang dengan candaan para pelanggan sini". 

"Oh ya by the way, surabimu enak lho". Kembali Ko Xiaoling melotot mau marah.

"Eh pa, tahan emosi, gimana kalau dibilang surabiku gak enak?, Marah juga kan?"

Dengan sedikit menahan dongkol Pak De Wowo menghela napas sembari garuk kepalanya, "Huh surabi!!!".

___

Bondowoso, 1 3 24

PERJALANAN DI HUTAN PINUS

 PERJALANAN DI HUTAN PINUS  Pak Tyqnue Azbynt  Erkantina wanita yang kuidamkan sejak aku  SMA itu kini benar-benar bersamaku. Momen saat dia...